Selamat Datang!!! Anak Berkebutuhan Khusus(ABK)-By Resti Anggraeni

Kamis, 16 Desember 2010

Terapi Perilaku, Terapi Okupasi, Terapi Wicara, Terapi Sensor Integrasi, Remedial, Konsultasi Anak


 PROGRAM PUSAT TERAPI ANAK  :
1. Assessment Anak
Adalah langkah awal penanganan ABK  yaitu evaluasi prilaku menggunakan standart tertentu berdasarakan beberapa teknik dengan melakukan pemeriksaan dan observasi yang dilakukan secara cermat oleh tim terapis dan pisikolog, dengan tujuan pengkajian, penilaian dan pengukuran mendeteksi gangguan perkembangan anak. Melalui pemeriksaan dan observasi tersebut untuk menentukan penanganan program terapi/ rehabilitasi medik yang tepat untuk anak.
2. TERAPI PERILAKU
Adalah terapi yang bertujuan untuk perbaikan dan pembentukan pola prilaku ABK agar terbentuk pola prilaku yang baik, pola prilaku ABK yang berlebihan dikurangi dan yang berkekurangan/belum ada akan dibentuk, tujuan penanganan ini terutama adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan hasil yang signifikan bila dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini. 

3. TERAPI OKUPASI:
 Occupational therapy berasal dari kata occupational yang artinya aktivitas dan therapy berarti penyembuhan atau pemulihan, sehingga occupational therapy adalah proses penyembuhan melalui aktivitas. Aktivitas yang dikerjakan tidak hanya sekedar membuat sibuk ABK, melainkan aktivitas fungsional yang mengandung efek terapetik dan bermanfaat bagi ABK. Artinya aktivitas yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehingga ABK dapat mandiri mengerjakan aktivitas sehari-hari .

4. TERAPI WICARA
 Adalah Terapi bagi ABK agar anak yang mengalami kelambatan, kesulitan bicara atau kesulitan berkomunikasi dengan mengajarkan atau memperbaiki kemampuan  untuk dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional sehingga kemampuan anak dalam berkomunikasi bisa lebih meningkat lebih baik  
 
5. TERAPI SENSORI INTEGRASI
Adalah Terapi bagi ABK yang bertujuan untuk melatih mengembangkan reaksi adaptif terhadap beberapa input, sehingga pada akhirnya anak dapat mengintegrasikan input - input tersebut, mengolah dan mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respons yang terarah dan membangkitkan kemampuan untuk mengolah rangsang sensoris yang diterima Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respons yang adaptif yang makin kompleks. Dengan demikian efisiensi otak makin meningkat. Terapi integrasi sensoris bertujuan meningkatkan kematangan susunan saraf pusat, sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya. 

 
6. REMEDIAL
Merupakan suatu proses pembelajaran bagi anak yang mengalami kesulitan belajar, dimana materi yang diberikan dilakukan secara berulang menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan anak, sehingga anak bisa mengerti apa yang diajarkan.
 
 7. Konsultasi Anak


Komputer Bicara, Tunanetra “Melihat”

Keterbatasan penglihatan penyandang tunanetra mulai terkuak dengan munculnya komputer yang mampu ”membaca” dan ”mendengar”. Dengan mesin ”pintar” berbahasa Indonesia yang dinamai Mendengar itu kaum tunanetra dituntun untuk menemukan akses informasi seluas-luasnya. Mereka pun dapat berkreasi menggunakan sarana teknologi informasi dan komunikasi ini.
Terbukanya akses ke dunia informasi global bagi kaum tunanetra ini tercapai berkat pengembangan sistem komputer dan telepon serta layanan multimedia sejak sekitar 40 tahun terakhir. Sistem berupa peranti lunak antarmuka (interface) dan sistem sensor ini memungkinkan penyandang tunanetra bisa memanfaatkan kemampuan indera pendengaran dan perabaan untuk berkomunikasi dengan komputer.
Bagi penyandang tunanetra di Indonesia, layanan akses informasi berbantuan komputer sudah diperkenalkan sekitar 20 tahun lalu dengan memanfaatkan peranti lunak pembaca teks yang dikembangkan Amerika Serikat disebut JAWS (Job Access with Speech). Program ini memandu tunanetra secara audio ketika menggunakan papan ketik komputer. Di negeri asalnya, JAWS dikembangkan tahun 1970-an kini sudah versi 9.
Namun, penggunaan program berlisensi ini memberatkan mereka yang terbatas kemampuan ekonominya—harga Program JAWS sampai 1.200 dollar AS untuk dua unit komputer. Karena itu, untuk membantu mereka dikembangkanlah aplikasi yang berbasis OSS (Open Source Software). Aplikasi pembaca teks pada layar (screen reader) bagi tunanetra yang berbasis OSS, antara lain, dihasilkan Ubuntu—disebut Orca.
Beberapa tahun terakhir ini, upaya mengindonesiakan panduan dan pembacaan teksnya dilakukan, antara lain, oleh Ario Bimo, peneliti dari ITB. Ia memodifikasi JAWS versi 7.10. Pada prototipe ini teks yang dipindai dikonversi oleh openbook. Komputer kemudian membaca kata per kata secara otomatis. Agar komputer mampu melakukan itu, sebelumnya telah dimasukkan perbendaharaan kata dari kamus hingga 10 miliar kata.
Sementara itu, tim peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dipimpin Oskar Riandi sejak 2003 juga mengembangkan sistem komputer yang ramah bagi penyandang tunanetra dan tunadaksa. Dengan memanfaatkan Free OSS, BPPT membuat webTTS (text to speech), perangkat lunak yang memanfaatkan teknologi penyintesa teks menjadi suara sehingga penyandang cacat (tunanetra) dapat mengetahui konten suatu situs.
Kemudian dikembangkan aplikasi teknologi pengenal wicara (speech recognition) pada berbagai bidang TIK. Hasilnya, tahun 2007, bekerja sama dengan Telkom RDC (Research and Development Center), memanfaatkan salah satu distribusi linux dibuat IGOS Linux Voice Command (ILVC), perangkat lunak menggunakan suara sebagai media antarmuka untuk mengoperasikan komputer. Penggunaan suara sebagai man-machine interface adalah terobosan dalam aksesibilitas komputer.
Kini ILVC terus dikembangkan sehingga memiliki kemampuan mengonversi suara menjadi tulisan. Pengembangan ini diberi nama LiSan (Linux dengan liSan). Bagi pengguna normal, LiSan memungkinkan penulisan dokumen lebih cepat dan memberi peluang pengoperasian komputer hands freely. Tiga fungsi utama LiSan, yaitu sebagai sistem pengenal wicara bahasa Indonesia, sebagai antarmuka pengoperasian komputer dengan suara, dan menyintesis interaksi pengguna, keyboad, dan mouse dengan suara.
Dengan LiSan, seseorang dengan keterbatasan menggunakan tombol-tombol keyboard dan menggerakkan mouse komputer, seperti penderita lumpuh, dapat menggunakan komputer dengan lebih mudah.
Membaca dan mendengar

Sejak tahun lalu, kata Oskar, yang juga Koordinator Pusat Sumber Daya Opensource BPPT, timnya mengembangkan peranti lunak Memdengar (membaca dan mendengar). Program yang mampu membaca dokumen ini diharapkan dapat diuji coba tahun ini,” ujarnya.
Pada program ini dokumen cetak, antara lain, buku, dipindai hingga menjadi file di komputer. Untuk itu digunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR) dan kemudian diterjemahkan dalam bentuk suara dengan teknologi screen reader.
Program ini memiliki kelebihan, selain berbahasa Indonesia, juga memiliki akurasi hingga 93 persen.
Saat ini, teknologi bahasa dalam TIK pada program Pemerintah menjadi prioritas nasional, mencakup speech recognition (pengenal lisan)—mengubah suara menjadi teks.
Pelatihan

Dengan fasilitas komputer tersebut, Persatuan Tunanetra Indonesia dalam rangka hari Braille sedunia menyelenggarakan program pelatihan penggunaan komputer bicara untuk tunanetra.
Pelatihan akan diselenggarakan bertahap dan berkesinambungan di seluruh Indonesia. Dengan alat ini kesejahteraan serta martabat mereka ditingkatkan. Hingga tahun 2005 jumlah penyandang cacat 6,7 juta jiwa atau 3,11 persen total penduduk. Dari jumlah itu sangat kecil jumlah yang sudah terberdayakan, selebihnya adalah warga negara yang belum maksimal menikmati hasil-hasil pembangunan.(KOMPAS/YUNI IKAWATI)
Sumber : http://www.indonesiaberprestasi.web.id/2010/03/komputer-bicara-tunanetra-melihat/

Minggu, 12 Desember 2010

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.

Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)

Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
  1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
  2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
  3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
  4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
  5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
  1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
  2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
  3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
  4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.





Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus